Monday, May 13, 2019

Orang-Orang Biasa (Review Buku)

Cover depan buku.
Awalnya aku mengira ini adalah buku non-fiksi. Ya kali aku tidak berpikir kalau Andrea Hirata ini selalu menulis novel, wkwk, aku kira ini buku non-fiksi pertama beliau.

First sight
Tampilan depan berwarna dominan kuning, dengan cover depan seorang yang memakai topeng monyet, yang ini berkaitan dengan jalan cerita di novel ini. Tampilan belakang jangan harap kalian akan menemukan sinopsis novel, karena di bagian belakang itu berisi capaian-capaian  kepenulisan Andrea Hirata.

Tampilan cover belakang buku
Buku ini memiliki jumlah halaman 261 halaman. Dan halaman setelahnya ada sebanyak 19 lembar berisi gambar-gambar cover novel Laskar Pelangi yang di terbitkan dengan bahasa asing beserta komentar dari orang-orang asing yang telah membacanya.
Salah satu review dari Arab, Jepang, dan Korea.

Sinopsis
Membaca "Orang-Orang Biasa" karya Andrea Hirata ini pada awalnya aku tertawa-tawa.

Ini cerita komedi ya? 

Aku kira tadinya demikian. Pengenalan di awal terdapat dua cerita yang berjalan berbeda. Mungkin dua cerita ini akan bertemu pada waktunya. Karena latar tempatnya sama, yaitu Kota Belantik. Entahlah kota ini nyata atau tidak, tapi aku ingin tinggal juga di sana kalau bisa, karena...

Cerita pertama adalah tentang dua orang polisi, Instruktur dan Sersan, yang sangat selo. Eh kenapa? Karena Kota Belantik adalah kota yang aman. Wkwk. Mulai bisa membayangkan betapa lucunya cerita ini? Cerita kedua tentang anak-anak SMA yang tidak pernah terpikirkan oleh kita bahwa mereka ada. Jumlah mereka sembilan pada awalnya, lalu ketambahan lagi satu. Lalu ditambah lima orang dari golongan kiri. Wkwk, kalau boleh dibilang begitu. Unik sekali mereka-mereka ini, uniknya sampai memperkuat tebakan kalau ini adalah cerita komedi. 

Alur waktu berikutnya, diceritakan tentang masa ketika anak-anak SMA tersebut dewasa. Dengan keunikan-keunikan yang mereka miliki, menghasilkan keunikan-keunikan lain ketika mereka dewasa. Semoga ini tidak termasuk spoiler ya.

Bagaimana dengan cerita dua polisi? Tenang, cerita mereka juga masih berjalan. Lapor, Kota Belantik masih aman dong. Wkwk. Eh aku beneran berpikir kalau ini cerita komedi.

"Pekerjaan merupakan kombinasi yang menarik antara tanggung jawab, amanah, dan kegembiraan." - Inspektur Abdur Rojali

Lalu lalu, Inspektur ini penggemar Syah Rukh Khan. Sok-sok memakai kacamata hitam ketika tadinya diduga ada kejahatan. Suatu hari, kacamata hitamnya ini sungguh mengharukan. Ia bukan menjadi kacamata yang membuatnya sok-sokan keren, namun malah menjadi kacamata yang menutup air mata kesedihan ketika sedang di hadapan putrinya. Ohh.. cerita ini mulai sedih, gengs.

Cerita kedua masih berjalan dengan alur waktu yang bolak-balik. Apa istilahnya dulu itu ketika SMA di pelajaran Bahasa Indonesia? Wkwk. Alurnya maju mundur. Maju menceritakan Aini, salah anak dari Dinah (salah satu dari anak-anak SMA). Maju menceritakan kehidupan anak-anak SMA ini ketika sudah rumah tangga. Kehidupan dewasa merekapun sama uniknya, entahlah, pokoknya nasib kesepuluh anak-anak SMA tadi sama. Berbalik dengan nasib lima orang dari golongan kiri. 

Aku merasa malu setelah membaca potongan kisah tentang Aini.

"Mereka yang mau belajar, tak bisa diusir."

Aku akan biasa-biasa saja kalau Aini ini adalah orang yang biasa-biasa saja lalu dia berusaha belajar sekuat-kuatnya untuk meraih cita-citanya menjadi dokter ahli. Tapi kawan, Aini ini bahkan TIDAK TAHU apa itu dokter ahli. Berani sekali ia mengambil jalan yang saat itu ia saja bahkan tidak tahu dokter ahli itu bentuk dan wujudnya seperti apa. Aku jadi bertanya-tanya pada diriku sendiri, pada diri kita ini, sebenarnya sudah diberikan banyak hal untuk meraih apa yang kita cita-citakan, kita masih sering merasa kurang dengan modal itu, masih sering beralasan kesana kemari. Malulah sama Si Aini ini. Cita-cita sungguh murni.

"Orang-orang lebih senang membaca apapun di internet, ketimbang membaca buku"
Itu sinopsis di cerita-cerita awal yang masih lumayan adem ayem.  Cerita selanjutnya, woah, nikmatilah sensasinya. Kota Belantik yang aman, ternyata sudah tidak aman lagi. Ada satu kejahatan yang terselubung, tidak terendus oleh kedua polisi tadi.  Tapi terendus oleh salah satu dari sepuluh orang-orang tadi, dan dari situlah keasyikan cerita dimulai. Nanti ada hubungannya dengan cover buku tersebut. Penasaran? Penasaran? Wkwk. Yuk baca, boleh yang mau pinjem aku.

Review
Keunikan kisah di novel ini adalah tokohnya yang sangat buanyak. Saat pengenalan tokoh dibagian awal cerita, tidak semuanya kuingat. Aku menyempatkan diri dengan teman kuliahku mengikuti bedah buku Andrea Hirata di Togamas. Kata beliau, semua tokoh yang banyak itu minta untuk diceritakan semuanya, wkwk.

Aku sendiri suka dengan kisah di novel ini. Khas sekali dengan nilai-nilai moral dan pendidikan yang diselipkan oleh Andrea Hirata.

Kembali lagi ke bagian depan lembaran buku ini, Andrea Hirata menuliskan bahwa buku tersebut ia tulis untuk Putri Belianti, seorang yang cerdas dan pintar namun tidak dapat masuk Fakultas Kedokteran karena terganjal biaya. Iyaps, ada kisahnya juga di novel ini, tentu saja dituliskan dengan fiksi yang menghibur.

"Fiksi, bukan sekadar mengadakan yang tidak ada, fiksi adalah cara berpikir."
Andrea Hirata

Begitulah review buku perdanaku di blog ini. Akhir kata, novel ini adalah tentang orang-orang biasa, yang barangkali sebenarnya malah, tidak biasa. Bagaimana? Tertarik untuk membacanya?

Chapter terfavorit


#Day8
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah

No comments:

Post a Comment