Sepotong
episode masa lalu aku
Episode
sejarah yang membuatku kini
Merasakan
bahagia dalam diin-Mu
Ada yang tahu lagu ini? Yup, lagu dengan judul
"Sepotong Episode" ini dibawakan oleh grup nasyid Edcoustic. Judul
lagu yang saya suka. Lalu saya jadikan sebagai judul blog saya ini. Sedikit
saya ingin menceritakan, perjalan kisah dengan nasyid Sepotong Episode ini.
Mungkin sudah sejak SMA saya suka dengan lagu ini. Tapi bukan
lagu favorit. Tapi saya suka dengan judulnya. Karena kata-katanya yang keren,
hehe. Tanpa saya ketahui saat itu, ternyata kisah dalam lagu ini akan terjadi
pada saya beberapa tahun kemudian.
Sebuah kisah masa lalu hadir di benakku
Saat ku lihat surau itu
Menyibak lembaran masa yang indah
Bersama sahabatku
Sepotong episode masa lalu aku
Episode sejarah yang membuatku kini
Merasakan bahagia dalam diin-Mu
Merubah arahan langkah
di hidupku
Setiap sudut surau itu menyimpan kisah
kadang ku rindu cerita yang
Tak pernah hilang kenangan
Bersama mencari cahayamu
Saya sempat berpikiran ingin memiliki
kisah yang seperti itu. Teringat masa-masa yang lalu ketika memandang sebuah
surau atau masjid. Masa-masa lalu yang pernah dilalui di masjid itu.
Ketika saya memasuki bangku kuliah,
Allah pertemukan aku dengan sahabat yang sangat mencintai ilmu. Dari situlah
pintu-pintu kisah saya satu persatu terbuka. Bersamanya, aku selalu dibawa ke
tempat-tempat majelis ilmu. Bersamanya, saya lebih sering mendengar. Seringnya,
tentang hal-hal yang saat itu sedang aku butuhkan. Bersamanya, saya belajar
bercerita. Dari seseorang yang hanya suka mendengar, menjadi seorang yang mau
untuk bercerita. Lewat kecintaannya pada ilmu, saya belajar tahsin Al-Quran,
suatu ilmu yang baru pertama kali saya dengar ketika di perkuliahan. Lalu dari
sana, saya masuk ke pintu selanjutnya, yaitu lingkaran yang saling nasehat
menasehati, saling mengingatkan. Seluruh kisah itu, bermula dari sebuah masjid
dan berlanjut ke masjid-masjid yang lainnya.
Entah berapa kali pula syuro’
(rapat) dilaksanakan di masjid. Walaupun saya lebih banyak diam dan menjadi
penonton ketika rapat. Serius. Paling sering saya jadi notulensi. Dan fungsi
yang paling sering saya lakukan sebagai pendataan. Tidak sanggup kalau jadi
otaknya yang menyusun rencana dan konsep. Namun, disana pula sahabat-sahabat
saya menguatkan,
“Sekecil apapun peranmu di dalam
dakwah, itu akan dilihat oleh Allah. Tidak ada yang sia-sia walaupun itu
hanyalah sekedar membeli konsumsi, atau menyiapkan persensi.”
Ah, rasanya saat itu sangat berat. Tapi sekarang
sudah menjadi kenangan. Saat saya berada di titik sekarang ini, saya melihat
masa lalu itu dengan kesyukuran. Bagaimana kalau saya tak pernah bertemu
mereka? Apakah saya masih bisa merasakan bahagia dalam diin-Nya? Merekalah yang
Allah kirimkan untuk merubah “arahan langkah hidupku.” Tinggal bagaimana diri saya
sekarang. Saya harap, semoga Allah mempertemukan lagi kami di surga-Nya.
Aamiin.
#Day4
#OneDayOnePost30HRDC
#WritingChallenge30HRDC
#30HariRamadhanDalamCerita
#bianglalahijrah
itu baru sepotong ya. Padahal dalam kehidupan kita ini satu episode penuh yg rasanya gak habis2
ReplyDeleteIya baru sepotong. Hehe. Sepotong yang sangat berkesan.
Delete