Tuesday, July 10, 2018

Puisi Galau: Melepaskan

Percikan ingatan ini kurasakan
Saat angin menerbangkan kering dedaunan
Tatkala malam mulai berjalan
Melukai kesepian
Tentang sebuah luka dari sebuah harapan
Kukira sudah sempurna kusembuhkan

Dengan sadar, aku mengakuinya
Sudah cukup lama rasa ini berbeda
Saat daun-daun perasaanku gugur satu persatu
Namun tunasnya tak mampu menumbuhkan yang baru
Kita tak bisa berbisik dan mewujudkannya sewaktu kita mau
Karena masing-masing memiliki waktu datang dan pergi

Entah bagaimana aku bisa mengerti
Selamat tinggal yang kau ucapkan dari dalam hati
Tanpa sepatah katapun yang menyertai
Aku mencoba mengucapkan selamat tinggal padamu
Rasanya mudah saja bagimu
Melupakan hal-hal yang pernah mengisi masa lalumu
Namun tak begitu untukku

Bukan hal yang perlu dipikirkan
Kadang saja,
Aku seperti memiliki kisahku sendiri
Memiliki rasa rindu sendiri
Menyedihkan diri
Dan menyia-nyiakan diri
Lalu saat aku mulai memikirkannya lagi
Kisah itu telah pergi dan dilupakan
Kisah itu sudah terbang bersama ribuan kisah kehidupan
Tak ada yang peduli, apalagi bersedia memahami

Katakanlah walau saat ini masih menyakitkan
Ada banyak hal yang berjalan tak sesuai keinginan
Namun bukan berarti kau kehilangan sumber kebahagiaan

Dijalan terakhir kita melihat taman kota bersama
Pernahkan terbesit itulah yang menjadi terakhir kalinya
Seberapa percaya engkau pada kesetian yang tiada satu utaspun tali mengikatnya
Maaf namun aku mempercayai yang ingin kupercayai
Namun percaya tanpa jaminan membuatnya mudah dilepaskan

Jadi saat ini, malam yang telah menjelang ini
Bukan hal bagus yang aku lakukan
Menyebut namamu sudah terasa biasa
Tak seperti sebuah nama yang dulu pernah menggetarkan jiwa

Aku menyadari hal-hal yang telah pergi
Mengingat kenangan tentangmu sudah tak menyakitkan lagi
Perjumpaan yang kuinginkan memang tak pernah terjadi lagi
Yap, lagi
Barangkali karena aku menyia-nyiakan kesempatan yang terakhir kali
Hanya karena aku berpikir masih ada banyak waktu
Lantas aku hanya membisu saat itu

Kini, kurasa bukan berarti aku menyerah
Hanya saja aku akui perasaan ini telah berubah
Inikah yang dikatakan melepaskan
Saat sakit karena kenangan sudah tak lagi kau rasakan
Mungkin memang terlalu cepat menyimpulkan
Namun kuharap itulah yang menjadi kebenaran

Maaf karena aku yang tak memiliki kesibukan
Waktuku kugunakan untuk mengharu biru memirkan kesedihan

Seandainya, aku memutuskan untuk melupakan
Apakah akan ada kebaikan di masa depan?
Seandainya, aku memutuskan bertahan?
Apakah aku memiliki cukup kesabaran?
Keinginanku bukanlah petunjuk jalan hidupku
Lalu, jika aku tak memutuskan
Kehidupanku masih akan tetap berjalan, 'kan?
Tentu saja, karena tidak memutuskan adalah sebuah keputusan

Saat aku bertemu dengan bermacam-macam kisah diperjalanan
Pertanyaan-pertanyaan itu hanyalah sekelumit saja dari kehidupan
Yang tak perlu dipertanyakan
Dan tak perlu memiliki jawaban
Soalnya, aku sudah tertinggal jauh
Hanya bisa menyesal karena waktu yang telah kusia-siakan

Saat itu, perjalanan kecil yang aku lakukan
Membasuh keringnya perasaan
Memandang matahari yang bersembunyi dari balik daun-daun pepohonan
Itulah yang kukatakan
Namun mentari itu mengatakan
"Engkaulah yang bersembunyi dari kebahagiaan."

No comments:

Post a Comment