Monday, August 26, 2019

KKN Road to Lombok: Naik Bus dan Kapal Nyatanya Bikin Nagih

"Perjalanan adalah hal yang sangat langka aku lakukan. Makanya, perjalanan menemuimu adalah hal yang sangat aku nantikan. Menemui Lombok yang belum pernah kukenal."
Sore itu Merapi yang selalu menyaksikan kisah-kisah di Jogja mengucapkan, "Selamat berjuang. Selamat menjalani kisah di Lombok sana. Titip salam buat Rinjani. Ceritakan padaku saat 'kau kembali nanti." Hm. Tentunya itu hanyalah fiksi. 

Semua berawal dari tempat ini. Kita memulai perjalanan, hm. Tapi kita tak berjalan. Kita duduk santai di dalam bus. Busnya yang berjalan. Hehe. Kita naik bus Safari Dharma Raya dari Jogja ke Mataram. Sebelumnya ada perkiraan diperjalanan sekitar 30 jam. Cukup lama ya. Bus berangkat sekitar pukul 16.30 WIB.

Aku menelepon Mamakku. Mengabari kalau perjalananku sudah dimulai. Ini adalah pertama kalinya aku meninggalkan rumah lebih dari dua pekan. KKN 50 hari. Itu hampir dua bulan, lama. Aku tidak bersedih, justru penasaran, apa yang akan terjadi. Wkwk. 

Aku masih tidak percaya. Aku benar-benar akan pergi ke Lombok. Seiring dengan melajunya bus, melewati kabupaten demi kabupaten, matahari juga sudah turun, langit gelap, macet, matapun terpejam. Itu semua terjadi berkat bus yang nyaman. AC yang tidak terlalu kencang, ada sandaran kaki, dan jalan yang mulus. Yup, jalan tol. Wkwk. 

Kami dibangunkan untuk makan malam. Sekitar pukul 22.00 WIB bus berhenti di rest area daerah Ngawi. Lalu berangkat lagi, lalu aku tidur lagi. Wkwk. Dan sayangnya aku melewatkan sesuatu. Aku melewatkan pembangkit listrik di Paiton. Yup, aku suka cahaya. Duluu sekali aku pernah lewat disitu dan cahaya-cahaya lampu di sekitarnya sungguh indah. Sayang sekali, saat itu kalau tidak salah sudah sampai Situbondo. Sekilas aku melihat ada wisata apung apaa begitu. Sepertinya bagus, ada lampu-lampunya.

Kita berhenti disebuah masjid untuk sholat Shubuh. Nah disini nih ada hal unik. Di masjid itu, untuk menuju tempat wudhu putrinya harus melewati genangan air. Ya kurang lebih tujuan genangan air itu untuk membasahi kaki sebelum berwudhu. Namun, tempatnya itu terbuka. Kaos kakinya harus dilepas kalau tidak mau basah, tapi auratnya jadi terlihat. Nah nah, karena temen-temen KKN cewek ini tidak mau kelihatan auratnya, mereka lewat pinggiran tembok yang kecil sambil pegangan. Wkwk. Bisa ngebayangin nggak sih? Bapak-bapak takmir yang ngeliat itu kayaknya heran deh. Sempat terlihat muka herannya dan cara berbicaranya yang juga heran. Mungkin batinya, "Kok gitu?"

Perjalanan berlanjut. Sekitar pukul 06.00 WIB laut sudah terlihat. Heuuum. Seneng banget lihat laut, maklum sudah bertahun-tahun tak melihat laut. Sekitar 06.33 WIB kita sudah naik kapal di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Aku tadinya berharap bisa melihat sunrise di kapal. Tapi tak apalah, masih mendapatkan pagi. Walaupun matahari sudah naik, laut tetap menyenangkan untuk dipandang. 

Hobi saya adalah foto dari belakang, eh memandang, eh ya gitu deh.
Mungkin bagi sebagian orang pemandangannya biasanya saja? Tapi bagiku semuanya keren. Setelah muter-muter mencari tempat duduk di kapal, akhirnya duduk juga. Anginnya kenceng, bisa bikin masuk angin. Tapi seneng si. Aku pamerin foto-fotonya yak. Hehe.

Mataharinya sama, langitnya sama. Tempatnya saja yang berbeda. Tapi kok dia keliatan beda ya? Jadi lebih cantik si. 
Mau frame in frame si niatnya.
Dadah pulau Jawa. Sampai jumpa 50 hari lagi. Muach muach buat tiga gunung di sana yang jadi pasak bumi disitu. Kuat-kuat yah.
Halo laut. Halo laut. Halo laut. Sudah lama tak melihatmu. Laut ya gitu. Diem aja aku sapa. Airnya bergelombang, entah maksudnya lagi menjawab sapaanku atau mau bilang, "Jangan liat-liat, malu ah." Atau sebenarnya dia lagi berdzikir ya. Hmmmm. Jadi inget apa? 
Lalu sampailah kita di pelabuhan Gilimanuk sekitar pukul 08.37 WITA. Wuaw. Kita sudah berbeda waktu. Kita merasa jet lag? Wkwk. Berlanjutlah perjalanan darat kita menyebrangi Pulau Bali. Kita hanya lewat saja, enggak mampir-mampir serius. Fokus. Hehe. Fokus sampai tetidur lelap. Bangun pas mau sholat dan makan. Bangun lagi pas sampai di Pelabuhan Bai. Sekitar pukul 14.44 WITA kita sudah naik kapal, menuju Pelabuhan Lembar di Pulau Lombok. Uwow uwow, aku harap bisa sunsetan di kapal. Wawaw. Bentar lagi menapakkan kaki di pulau yang belum pernah kukunjungi.

Dah Pulau Bali, kami hanya numpang lewat. Maap bahkan singgahpum cuma buat sholat dan makan. Kamu terlalu indah buatku soalnya. :"" Tapi kamu beneran indah loh. Tuh ombaknya tenang dan perlahan membelai pantaimu. Sehat-sehat ya. Kalau ada rejeki mungkin kami akan mampir lagi, tak hanya numpang lewat seperti sekarang.
Isu-isunya penyeberangan butuh waktu 3-5 jam. Ngapaiiin nih lama banget lima jam. Huee nyatanya lima jam di kapal rasanya juga sebentar. Dipake buat tidur ya? Bukan dong. Awalnya kebanyakan kita duduk di bagian depan kapal. Wuss. Anginnya kencang banget. 
Pemandangan bagian depan. Berasa jadi nahkodanya. Lombok aku datang...
Naik Kapal Ferry biasa aja berasa naik kapal Titanic. Ketemu jodoh di kapal? Bukan gitu maksudnya, berasa naik kapal wisata aja. Bagus e pemandangannya. Semacam wisata gratis bagiku.
Pemandangan bagian atas kapal nih. Matahari sore memang panas. Tapi tetap, aku cinta padamu. Kutunggu kamu di sunset nanti pokoknya.
Dari berangkat kita melihatnya jauh disana, itu pulau itu tuh. Siapa sih? Itu Lombok po? Dan kita melihat GMaps. Eh, ada sinyal dong. Hehe. Ternyata dia adalah Pulau Nusa Penida.
"Eh, itu kayaknya Pulau Lomboknya ya?" Sepertinya demikian. Hmm. Masih tak menyangka, beneran nih gue mau ke Lombok? Bentar lagi nih sampai. Wkwk. Masih nggak percaya.
Waktu lima jam ternyata memang tidak lama. Enggak bosen dah sama lautnya. Yaa sambil cerita-cerita gitu sih sama sahabatku, oh iya, namanya Novi. Satu jurusan sama aku. Kalau aku ceritain awal ketemunya kayaknya nggak selesai-selesai karena ceritanya itu menjadi sebagian besar ceritaku juga di dunia perkuliahan. Wkwk. Nah kita nih ceritanya apalagi sih yang asyik buat diomongin kalau bukan soal hati. 

Lebih detailnya kita ngobrol apa si aku sudah lumayan lupa. Tapi intinya, selain ngobrol tak berguna tentang siapa yang kita suka, kita membahas bahwa awal semuanya adalah dari 'pandangan yang tak terjaga'. Haha. Bener banget sih. Emang sih. Apa sih. Yup, kita tahu itu, kita tahu makanya sebelum terjadi lagi, kita saling mengingatkan. 

Bahasan lain yang tak kalah menariknya adalah tentang skripsi. Yup, Novi ini sudah selesai, tinggal revisi aja. Nah diriku, diriku dinasehati untuk tak terlena yang kedua kalinya. Allah menghiburku lewat dia? Haha, bolehlah kupikir begitu, Allah Maha Baik. Dia bilang, intinya manfaatkan waktu dengan baik. Semua ada di jalannya masing-masing.

Nah nah dengan begitu waktu matahari tenggelampun tiba. Cepat sekali waktu berlalu. 

Kenapa yang ditunggu dari matahari adalah waktu dia mau datang dan waktu dia mau pergi? Sedangakan pas dia sedang senyum ke seluruh penjuru bumi yang mau dia sinari, manusia sibuk dengan pekerjaannya? Oh mungkin, sekaranglah waktunya berterima kasih padanya, sudah menyinari hari ini. Terima kasih matahari. Besok saat kamu terbit, aku sudah ada di tanah yang berbeda. Tanah Lombok.
Sekali lagi terima kasih matahari. Besok jangan lupa terbit ya... eh dia juga diam saja. Hehm.. mungkin dia juga sedang berdzikir?
Malam hari di kapal juga indah. Banyak kerlap kerlip lampu kapal dan rumah penduduk.
Nah sampailah kita di Pelabuhan Lembar, sekitar pukul 20.00 WITA. Aku sudah lupa kesannya bagaimana. Tapi kalau tidak salah saat perjalanan lagi dengan bus, aku sempat melihat rumah-rumah penduduk yang dari daun. Wah mulai kelihatan beda nih sama Jawa. Ini Lombok banget. Walaupun malam, berasa banget ini bukan Jawa lagi.

Sampai di Mataram, kita ganti bis yang lebih kecil. Otomatis lebih sempit juga. Kondisi sudah lelah dan lapar. Ingin cepat sampai. Tapi apa daya, Lombok Utara masih harus di tempuh beberapa jam lagi. Yang aku inget, aku sempit-sempitan dengan barang-barang, tapi masih sempet-sempetnya tidur juga. Kita melewati jalur yang dekat pantai. Malam membuat kita tak menyadari bahwa kita sedang melewati tepi pantai. Sekali dua kali air laut dari kegelapan itu terlihat hitam. Jalannga berkelok dan naik turun, batinku mirip jalan di Gunung Kidul. Wkwk.

Kita sempat bingung kemana tempat belok menuju pondokan. Oh iya, tempat pertama yang kita tuju adalah Desa Sambik Bangkol. Nah sebelum sampai disana, kita sudah dua tiga empat kali kelewatan. Lucu sih kalah dipikirkan wkwk. Kok bisa bisa nya. Akhirnya ketemu juga pondokan kami di Sambik Bangkol. Suara anjing melolong. Lalu ketika dilihat keluar jendela, banyam anjingnya berkeliaran. Batinku, inikah alasannya Restu dkk menyarankan supaya ada Scabimite di kotak obat? Kalau-kalau ada yang terkena skabies? 

Warga-warga sepertinya sudah menanti? Ada beberapa warga yang melihar kedatangan kami. Tepat tengah malam. 00.00 WITA. Kami menciptakan keributan. Wkwk. Bawa koper ke tempat pondokan. Berisik. Alhamdulillah. Kita sampai.

Yup, sekianlah cerita perjalanan kami menuju Lombok. Perjalanan yang aku mau untuk mengulanginya lagi. Huuuufft. Capek memang, tapi rasanya aku ingin berterima kasih. Atas semua itu. Dan semua itu sudah berlalu. 
"Bertemu denganmu untuk pertama kalinya membuatku takut, sebelumnya aku tak mengenalmu. Bagaimana nanti? Apa aku bisa menyesuaikam diri denganmu? Atau justru sebaliknya? Aku yakin keduanya ada hal baik yang bisa dipetik."
Cerita selanjutnya nanti adalah tentang awal kita berjumpa, awal kisah selanjutnya, awal dari cerita di tempat ini, tempat yang 50 hari pasti akan ditinggalkan. 

"Seperti apa kamu, wahai Lombok? Berbaiklah dengan kami yang berniat belajar di tanahmu." 

No comments:

Post a Comment