Wednesday, December 11, 2019

Puisi Galau Pengagum Rahasia: Gemuruh yang Tak Berlabuh

Salamku dari jauh karena engkau tak bisa kusentuh
Kabarmu hanya kudengar dari angin yang berdesir samar-samar
Aku peduli namun tak berani meniti setiap senti ragamu dengan jeli
Aku rindu, tapi tak cukup alasan untuk bertemu
Aku bergerak pelan meriuh rendahkan gerak agar engkau tak pergi meninggalkan

Salamku berlari menyisakan peluh dari jalan panjang yang kutempuh
Aku tak membutuhkan apapun darimu cukup senyuman pertanda kebahagian
Bahkan sekedar itu saja aku tak cukup kekuatan untuk mengharapkan

Aku memang tak pandai menyapa terutama pada bunga yang begitu sederhana
Pecinta rasa yang tak mengerti lagi membedakan suka dan duka karena mati rasa terlalu sengsara

Itu dirimu yang berlarian menyusuri tepian lautan
Aku hanyalah ombak yang sesekali menyapa telapak kakimu diatas batu karang
Mengikuti gulungang gelombang hingga pada waktunya terpecah berhampuran menghantam batuan 
Tak mengapa jika engkau tak menyadari diriku dan segalanya harapan yang terlanjur berseteru dengan waktu

Aku masih mencintai senjamu yang tenggelam bersama lambaian tangan selamat tinggal
Beranjak pada sang pagi yang selalu setia terbit di sisi Timur
Bersuka citalah wahai kasihku bersama ikan yang terperangkap karang

Aku hanyalah butiran paling ringan dari deburan ombak yang membawa aroma lautan pada indra penciumanmu
Sesaplah hingga memenuhi ruang nafasmu
Sejenak, ijinkan aku menetap dalam ruang gerak paru-parumu
Walau bukan di hatimu, aku merasa tenteram menyinggahi ruang penting dari ragamu
Beradu dengan jalan nafasmu yang semakin sempit dan mengecil menemui penangkap oksigen tubuhmu
Karena aku bukan oksigen yang engkau butuhkan, sudah selayaknya engkau mengembalikanku pada udara di luar dirimu

Ternyata aku tak pantas menetap beberapa waktu dalam peredaran darahmu
Sebegitu tak maukah dirimu untuk kusinggahi?
Engkau kembalikan butiran air ini melewati lagi indera penciumanmu yang menghela perlahan
Terbebas dari paru-paru menuju ruang luas yang tak kumengerti dimana dia berbatas

Selamat tinggal padamu dan aku tak menerima selamat tinggal darimu
Aku terbang menuju langit menjadi kapas tipis yang akan turun menjadi gerimis
Kembali, kulihat engkau tak bisa kusentuh karena terlalu jauh
Semesta mencintai Sang Pencipta dan mematuhi semua perintah-Nya
Juga perintah untuk membuat jarak yang paling jauh kepada butiran air dan ruang parumu
Dan aku hanya bisa mengikuti garis takdir yang telah mempekerjakan semesta untuk melukis kisah atas diriku, sang rintik yang kini membasahi wajahmu

No comments:

Post a Comment