Monday, May 17, 2021

Ngomongin Cinta dalam Buku "Serial Cinta"

Ngomongin cinta dari buku ini emang epic banget. Nggak cuma berputar soal perasaan, atau rasa suka, atau nikmatnya patah hati. Kamu bakal nemuin sudut pandang cinta dilihat dari perspektif yang "terhormat". Bahkan patah hati, bisa dilihat dari sudut pandang yang mengangkat harga diri Si Patah Hati. Kok bisa? Jadi gini ceritanya..

Kemarin aku re-read buku ini, dalam rangka mau ngomongin buku ini di forum meet online. Panik nggak tuh? Ya panik lah, masak enggak. Soalnya baru pertama kali banget mau jadi pemateri. Otomatis harus menguasai isi bukunya, mau nggak mau harus re-read, karena terakhir baca udah setahun lebih yang lalu. Kabar baiknya, re-read ternyata ngasih aku pandangan baru, yang saat aku baca pertamakali masih nggak masuk di kepala. Gils, seberat itu ternyata isinya. Kok aku cuma inget bagian melo-melonya aja ya?

Cinta dari sudut pandang terhormat, itu kayak gimana? Cinta nggak dilihat cuma soal perasaan aja. Cinta nggak cuma soal nafsu memiliki aja. Tetapi bukan berarti perasaan dan nafsu itu nggak penting. Tapi keduanya perlu dikelola, biar istilahnya, cinta itu jadi "terhormat". Ini kepingan kecilnya, kepingan besarnya tentu saja harus baca penuh buku ini ya, hehe.

Ketika re-read, aku simpulkan inti dari setiap babnya di buku catatan. Semuanya ada 73 bab. Ternyata asik juga baca buku sambil dicatet intinya. Jadinya nanti bisa saling menghubungkan keterkaitan antarbabnya dan kalau ada lupa-lupa dikit bisa nyontek simpulan dari babnya. Agak ribet sih memang, tapi jadi lebih banyak yang masuk juga di kepala. Nah ini, harusnya tiap baca buku nih kayak begini. Karena ada tugas buat nyampein isi bukunya, jadi otaknya juga lebih mau diajak fokus juga sih.

Balik lagi ke isi bukunya, aku jadi refleksi ke diriku sendiri, kalau ternyata aku ini masih nggak layak banget buat mencintai seseorang. Karena buat mencintai seseorang (ataupun sesuatu selain lawan jenis, bisa benda, bisa ideologi, dll), kita harus punya sesuatu buat diberikan. Karena hakikatnya cinta adalah "memberi". Jadi cinta nggak bisa modal kosong. Aku jadi inget, ada istilah "belum siap jatuh cinta". Dulu aku ngeyel banget, namanya jatuh cinta kan nggak sengaja, ya mana bisa siap-siap dulu. Tahu-tahu biasanya kita udah jatuh terjerembab dan susah buat bangkit lagi. Tapi aku ngerti sekarang, maksudnya mungkin adalah "belum siap mencintai", karena mencintai itu adalah pekerjaan berat dan perlu persiapan yang matang.

Memang seberat apa sih mencintai itu? Nah ini! Kita harus mau "memperhatikan" dia, supaya kita bisa tahu dia butuh apa. Abis itu kita bantu dia buat "tumbuh", ngasih sesuatu yang dia butuhkan untuk tumbuh jadi lebih baik. Tumbuh menjadi lebih baik tentu bukan hal mudah, makanya kita juga harus "merawat" proses pertumbuhannya itu dengan kebaikan-kebaikan, support dia, temani dia, agar proses bertumbuhnya tidak terasa menyakitkan. Dan setelah itu, kita juga perlu "melindunginya" dari segala sesuatu yang membuat proses bertumbuhnya itu terhambat. Gils, seberat itu mencintai. Mencintai ternyata nggak cuma soal "aku suka sama kamu, ayo kita sama-sama jalani suka duka". Mencintai itu tanggung jawabnya besar. Mencintai itu keputusan yang berat guys.

Yahh, tapi meskipun berat..kita diajak untuk sama-sama belajar mencintai. Kemauan buat belajar itu yang jadi modal utamanya. Iya berat banget asli. Asli karena kita harus ngelawan kemalasan kita sendiri dan jadi manusia produktif. Karena buat mencintai, kita perlu modal besar untuk memberikan sesuatu, tentu saja kita harus bisa menumbuhkan diri kita dulu jadi lebih baik.

Kok rasanya jadi nggak mungkin banget ya? :( Apa yang bisa aku berikan? Yahhh, mari kita sama-sama belajar menjadi seorang pecinta sejati. 

Aku bagikan juga slide materinya di bawah ini, semoga bermanfaat. Semoga kita bisa mencintai dengan utuh dan terhormat. Dan tentu saja, selamat belajar mencintai!


No comments:

Post a Comment