Kembali ke Rumah

Ada orang-orang yang melanjutkan perjalanannya. Dan ada orang-orang yang kembali ke rumahnya. Aku masih ingin pergi, melanjutkan perjalanan, tetapi ternyata aku harus kembali ke rumah. Karna bagaimanapun, hidupku bukan hanya tentang aku saja, tapi juga tentang orang-orang yang ada di rumah.

Kembali ke rumah ataupun melanjutkan perjalanan sama-sama memiliki efek sampingnya. Dan itu sudah menjadi pilihan masing-masing. Toh, setelah kembali ke rumah, aku juga masih bisa pergi, walaupun rasanya sulit dan tak mungkin. Hanya saja, kadang aku masih menyimpan cerita seseorang tentang indahnya melakukan perjalanan. Dan sampai saat ini, hal itu masih saja menjadi impianku.

Tapi juga tidak mengapa, jika pada akhirnya nanti aku tak bisa mencapainya, aku juga sudah pernah melakukannya. Memang menyenangkan perjalanan itu, seperti yang pernah dikatakan seseorang. Melihat dunia dengan mata karunia Tuhan tak dapat digantikan dengan kamera buatan manusia. Karenanya, dalam perjalananku dulu, aku merasa bersyukur bisa melakukannya.

Kini, aku melihat lebih dekat di sekitar rumahku, berkenalan dalam diam. Ada banyak hal yang tak sempurna. Termasuk diriku sendiri.

Adakalanya aku menyesal kembali ke rumah. Ada banyak keterbatasan. Ada hal-hal yang jadi tak bisa kulakukan. Akan tetapi, juga ada beberapa kemudahan. Aku mengerti, akan selalu ada kekurangan dan juga kelebihan.

Aku mengalami sendiri, bayaran untuk menjadi dekat dengan orang-orang rumah. Atau hanya aku saja yang kurang beruntung kali ini. Aku hanya berpikir, tak mengapa. Dulu aku sudah mengalami banyak keberuntungan. Tak mengapa jika sekali-kali aku tak terlalu beruntung. Toh, selalu ada keberuntungan lain dibalik ketidakberuntungan itu.

Aku hanya menerka-nerka saja. Apa maksudnya ini semua terjadi. Aku hanya perlu menjalaninya, menikmatinya lalu menjadi mensyukurinya suatu hari nanti. Tak mengapa jika suatu hari nanti itu masih jauh. Aku kan hanya perlu berjalan menuju hari yang jauh itu. Karna aku pasti akan sampai padanya.